FANTASI
Disusun untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah
Pengantar Psikologi
MAKALAH
Dosen Pembimbing
Moh. Fatih Luthfi, S.Pd.
Oleh :
Moh. Bahrul Ulum
Balighotul Hikmah
Aslihah
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Jurusan Tarbiyah
Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Drajat
Kranji Paciran Lamongan
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berfantasi atau berkhayal merupakan salah satu gejala pengenalan (kognisi), yaitu gejala-gejala yang terdapat dalam kejiwaan kita, sebagai hasil dari pengenalan. Berfantasi dapat menimbulkan daya imajinasi kita dalam menciptakan sesuatu yang belum ada, yakni susuatu yang baru.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah fantasi itu?
2. Apa saja macam-macam fantasi itu?
3. Apa saja faedah bagi kehidupan manusia sehari-hari?
C. Tujuan
Mampu mendeskripsikan makna fantasi, serta dapat mengeksplorasikannya ke dalam kehidupan kita setiap gejala-gejalanya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fantasi
Fantasi merupakan suatu daya jiwa yang menciptakan sesuatu yang baru dengan khayalan. Abu ahmadi mendefinisikan, Fantasi (Khayalan, Angan-angan, Imagination) adalah kekuatan jiwa untuk menciptakan tanggapan baru dalam jiwa kita dengan pertolongan tanggapan-tanggapan yang telah dimiliki.
Jadi, dengan kekuatan fantasi manusia dapat melepaskan diri dari keadaan yang dihadapinya dan mampu menjangkau ke depan, keadaan yang akan datang.
B. Macam-macam Fantasi
Fantasi dibagi menjadi 2 macam :
a. Fantasi tak disadari, ialah fantasi yang terjadi tidak dengan disengaja.
b. Fantasi disadari, ialah fantasi yang terjadi dengan disengaja.
Fantasi dibagi pula dalam 2 macam :
• Secara aktif, ialah yang dikendalikan oleh pikiran dan kemauan.
• Secara pasif, ialah tak terkendalikan dan tanpa arah.
Kedua-duanya meliputi mengabstraksikan, mendeterminasikan dan mengkombinasikan.
“Schema”
tak disadari
mengabstraksikan
Fantasi aktif mendeterminasikan
mengkombinasikan
disadari
mengabstraksikan
pasif mendeterminasikan
mengkombinasikan.
Drs. Mahfudh Shalahuddin membedakan fantasi ke dalam 2 kategori, yaitu fantasi mencipta dan fantasi terpimpin.
a. Fantasi mencipta (kreatif), yaitu merupakan bentuk atau jenis fantasi yang mampu menciptakan hal-hal baru.
b. Fantasi terpimpin, merupakan bentuk atau jenis fantasi yang dituntun oleh pihak lain.
C. Faedah Berfantasi
Faedah berfantasi antara lain :
a. Dapat membentuk cita-cita yang luhur.
b. Dapat menempatkan dirinya pada masa dan tempat yang berlainan.
c. Dapat mengerti dan menhargai kebudayaan.
d. Dapat membahagiakan hidup lahir dan batin.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fantasi berarti khayalan, gambaran angan-angan, kemampuan mereka-reka atau menciptakan sesuatu dalam angan-angan.
Dari keterangan di atas bahwa fantasi itu terbagi menjadi beberapa macam atau kategori, yaitu: ada fantasi yang disadari dan tidak disadari, ada fantasi yang secara aktif dan pasif, dan ada juga fantasi mencipta dan terpimpin.
Adapun faedah fantasi dalam kehidupan manusia juga tidak sedikit, salah satunya yaitu fantasi mampu membuat manusia bercita-cita dan mrencanakan hidup kedepan guna membangun hidup yang lebih baik.
B. Saran
Dari hasil penulisan makalah ini, pemakalah berharap kepada teman-teman mahasiswa atau mahasiswi untuk lebih banyak lagi membaca dibuku-buku lain agar memperoleh pengetahuan maupun khazanah yang luas tentang Psikologi khususnya “Fantasi”. Karena kami merasa bahwa makalah ini kurang sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1982. Psikologi Umum. Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Saliman, dan Sudarsono. 1994. Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Shalahuddin, Mahfudh. 1991. Pengantar Psikologi Umum. Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Jumat, 04 Juni 2010
PROSES PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN MUSLIM
PROSES PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN MUSLIM
Disusun untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah
Ilmu Pendidikan Islam
MAKALAH
Dosen Pembimbing
Drs. H. Munawir Yas’ad, M.Pd.
Oleh :
Endong Murtaqil Al-Fatah
Mohammad Bahrul Ulum
Mohammad Heri
Zahrotul Badi’ah
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Jurusan Tarbiyah
Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Drajat
Kranji Paciran Lamongan
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an dan sunnah merupakan dua pusaka Rasulullah SAW yang harus selalu dirujuk oleh setiap muslim dalam segala aspek kehidupan. Satu dari sekian aspek kehidupan yang amat penting adalah pembentukan dan pengembangan pribadi muslim. Pribadi muslim yang dikehendaki Al-Qur’an dan sunnah adalah pribadi yang saleh. Pribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah SWT.
Persepsi (gambaran) masyarakat tentang pribadi muslim memang berbeda-beda. Bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim itu tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah. Padahal itu hanyalah satu aspek saja dan masih banyak aspek lain yang harus melekat pada pribadi seorang muslim. Oleh karena itu standar pribadi muslim yang berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah merupakan sesuatu yang harus dirumuskan, sehingga dapat menjadi acuan bagi pembentukan pribadi muslim.
Dalam proses pendidikan Islam pendidik tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah materi yang akan diberikan kepada peserta didiknya, tetapi harus menguasai berbagai metode dan teknik pendidikan guna kelangsungan transformasi dan internalisasi mata pelajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembentukan kepribadian muslim?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar para Mahasiswa mengetahui cara mendidik dengan baik dan benar sehingga menghasilkan peserta didik yang berkepribadian muslim.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses Pembentukan Kepribadian Muslim
1. Proses pembelajaran
Dalam konsep Islam, karakter tidak sekali terbentuk, lalu tertutup, tetapi terbuka bagi semua bentuk perbaikan, pengembangan, dan penyempurnaan, sebab sumber karakter perolehan ada dan bersifat tetap. Karenanya orang yang membawa sifat kasar bisa memperoleh sifat lembut, setelah melalui mekanisme latihan. Namun, sumber karakter itu hanya bisa bekerja efektif jika kesiapan dasar seseorang berpadu dengan kemauan kuat untuk berubah dan berkembang, dan latihan yang sistematis.
2. Tahapan perkembangan perilaku
Tahap I (0 – 10 tahun)
Perilaku lahiriyah, metode pengembangannya adalah pengarahan, pembiasaan, keteladanan, penguatan (imbalan) dan pelemahan (hukuman), indoktrinasi
Tahap II ( 11 – 15 tahun)
Perilaku kesadaran, metode pengambangannya adalah penanaman nilai melalui dialog, pembimbingan, dan pelibatan
Tahap III ( 15 tahun ke atas)
Kontrol internal atas perilaku, metode pengembangannya adalah perumusan visi dan misi hidup, dan penguatan tanggung jawab kepada Allah
3. Pembentukan Kepribadian
Kepribadian terbentuk setelah melalui proses :
a. Adanya nilai yang diserap seseorang dari berbagai sumber, mungkin agama, ideologi, dan sebagainya
b. Nilai membentuk pola pikir seseorang yang secara keseluruhan ke luar dalam bentuk rumusan visinya
c. Visi turun ke wilayah hati dan membentuk suasana jiwa yang secara keseluruhan keluar dalam bentuk mentalitas
d. Mentalitas mengalir memasuki wilayah fisik dan melahirkan tindakan yang secara keseluruhan disebut sikap
e. Sikap yang dominan dalam diri seseorang secara kumulatif mencitrai dirinya adalah kepribadian
4. Tiga langkah merubah karakter
a. Terapi kognitif
Cara yang paling efektif untuk memperbaiki karakter dan mengembangkannya adalah dengan memperbaiki cara berfikir
Langkah :
Pengosongan, berarti mengosongkan benak kita dari berbagai bentuk pemikiran yang salah, menyimpang, tidak berdasar, baik dari segi agama maupun akal yang lurus
Pengisian, berarti mengisi kembali benak kita dengan nilai-nilai baru dari sumber keagamaan kita, yang membentuk kesadaran baru, logika baru, arah baru, dan lensa baru dalam cara memandang berbagai masalah
Kontrol, berarti kita harus mengontrol pikiran-pikiran baru yang melintas dalam benak kita, sebelum berkembang menjadi gagasan yang utuh
Doa, berarti bahwa kita mengharapkan unsur pencerahan Ilahi dalam cara berfikir kita
b. Terapi mental
Warna perasaan kita adalah cermin bagi tindakan kita. Tindakan yang harmonis akan mengukir lahir dari warna perasaan yang kuat dan harmonis
Langkah :
Pengarahan, berarti perasaan-perasaan kita harus diberi arah yang jelas, yaitu arah yang akan menentukan motifnya. Setiap perasaan haruslah mempunyai alasan lahir yang jelas. Itu hanya mungkin jika perasaan dikaitkan secara kuat dengan pikiran kita
Penguatan, berarti kita harus menemukan sejumlah sumber tertentu yang akan menguatkan perasaan itu dalam jiwa kita. Ini secara langsung terkait dengan unsur keyakinan, kemauan, dan tekad yang dalam yang memenuhi jiwa, sebelum kita melakukan suatu tindakan.
Kontrol, berarti kita harus memunculkan kekuatan tertentu dalam diri yang berfungsi mengendalikan semua warna perasaan diri kita
Doa, berarti kita mengharapkan adanya dorongan Ilahiyah yang berfungsi membantu semua proses pengarahan, penguatan, dan pengendalian bagi mental kita
c. Perbaikan fisik
Sebagaimana ahli kesehatan mengatakan bahwa dasar-dasar kesehatan itu tercipta melalui perpaduan yang baik antara tiga unsur :
1) Gizi makanan yang baik dan mencukupi kebutuhan
2) Olahraga yang teratur dalam kadar yang cukup
3) Istirahat yang cukup dan memenuhi kebutuhan relaksasi tubuh
Hadist riwayat Imam Ahmad :
Rasulullah berkata, “Inginkah kalian kuberitahu tentang siapa dari kalian yang paling kucintai dan akan duduk di majelis terdekat denganku di hari kiamat?” Kemudian Rasul mengulanginya sampai tiga kali, dan sahabat menjawab “Iya, ya rasulullah !” Lalu rasul bersabda, “Orang yang paling baik akhlaknya.”
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat kami simpulkan bahwa proses pembentukan kepribadian muslim adalah melalui beberapa tahap. Pertama adalah adanya nilai yang diserap oleh seseorang dari berbagai sumber, dari serapan nilai tersebut seseorang dapat membentuk pola pikir ke luar dalam bentuk rumusan visi, kemudian visi turun ke wilayah hati dan membentuk suasana jiwa yang secara keseluruhan keluar dalam bentuk mentalitas, selanjutnya mentalitas mengalir memasuki wilayah fisik dan melahirkan tindakan yang secara keseluruhan disebut sikap, dan yang terakhir sikap yang dominan dalam diri seseorang secara komulatif mencitrai dirinya adalah kepribadian.
Adapun langkah-langkah untuk merubah karakter adalah :
1. Memperbaiki cara berfikir, cara ini adalah paling efektif untuk merubah karakter.
2. Memberi arah yang jelas pada perasaan-perasaan untuk menguatkan keyakinan sebelum melakukan tindakan.
3. Perbaikan fisik
Sebagaimana ahli kesehatan mengatakan bahwa dasar-dasar kesehatan itu tercipta melalui perpaduan yang baik antara tiga unsur :
a. Gizi makanan yang baik dan mencukupi kebutuhan
b. Olahraga yang teratur dalam kadar yang cukup
c. Istirahat yang cukup dan memenuhi kebutuhan relaksasi tubuh
B. Saran
Berakhirnya makalah tentang Proses Pembentukan Kepribadian Muslim ini, kami berharap kepada para pembaca agar lebih banyak lagi membaca dibuku-buku lain. Karena kami merasa makalah ini kurang lengkap dan kurang sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Matta, M. Anis. 2003. Membentuk Karakter Cara Islam. Jakarta: Al-I’tishom Cahaya Umat.
Mujib, Abdul. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Membentuk Kepribadian Muslim. 2007. (http//www.kaderisasi.pks.or.id, diakses pada tanggal 29 Maret 2010).
Disusun untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah
Ilmu Pendidikan Islam
MAKALAH
Dosen Pembimbing
Drs. H. Munawir Yas’ad, M.Pd.
Oleh :
Endong Murtaqil Al-Fatah
Mohammad Bahrul Ulum
Mohammad Heri
Zahrotul Badi’ah
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Jurusan Tarbiyah
Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Drajat
Kranji Paciran Lamongan
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an dan sunnah merupakan dua pusaka Rasulullah SAW yang harus selalu dirujuk oleh setiap muslim dalam segala aspek kehidupan. Satu dari sekian aspek kehidupan yang amat penting adalah pembentukan dan pengembangan pribadi muslim. Pribadi muslim yang dikehendaki Al-Qur’an dan sunnah adalah pribadi yang saleh. Pribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah SWT.
Persepsi (gambaran) masyarakat tentang pribadi muslim memang berbeda-beda. Bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim itu tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah. Padahal itu hanyalah satu aspek saja dan masih banyak aspek lain yang harus melekat pada pribadi seorang muslim. Oleh karena itu standar pribadi muslim yang berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah merupakan sesuatu yang harus dirumuskan, sehingga dapat menjadi acuan bagi pembentukan pribadi muslim.
Dalam proses pendidikan Islam pendidik tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah materi yang akan diberikan kepada peserta didiknya, tetapi harus menguasai berbagai metode dan teknik pendidikan guna kelangsungan transformasi dan internalisasi mata pelajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembentukan kepribadian muslim?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar para Mahasiswa mengetahui cara mendidik dengan baik dan benar sehingga menghasilkan peserta didik yang berkepribadian muslim.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses Pembentukan Kepribadian Muslim
1. Proses pembelajaran
Dalam konsep Islam, karakter tidak sekali terbentuk, lalu tertutup, tetapi terbuka bagi semua bentuk perbaikan, pengembangan, dan penyempurnaan, sebab sumber karakter perolehan ada dan bersifat tetap. Karenanya orang yang membawa sifat kasar bisa memperoleh sifat lembut, setelah melalui mekanisme latihan. Namun, sumber karakter itu hanya bisa bekerja efektif jika kesiapan dasar seseorang berpadu dengan kemauan kuat untuk berubah dan berkembang, dan latihan yang sistematis.
2. Tahapan perkembangan perilaku
Tahap I (0 – 10 tahun)
Perilaku lahiriyah, metode pengembangannya adalah pengarahan, pembiasaan, keteladanan, penguatan (imbalan) dan pelemahan (hukuman), indoktrinasi
Tahap II ( 11 – 15 tahun)
Perilaku kesadaran, metode pengambangannya adalah penanaman nilai melalui dialog, pembimbingan, dan pelibatan
Tahap III ( 15 tahun ke atas)
Kontrol internal atas perilaku, metode pengembangannya adalah perumusan visi dan misi hidup, dan penguatan tanggung jawab kepada Allah
3. Pembentukan Kepribadian
Kepribadian terbentuk setelah melalui proses :
a. Adanya nilai yang diserap seseorang dari berbagai sumber, mungkin agama, ideologi, dan sebagainya
b. Nilai membentuk pola pikir seseorang yang secara keseluruhan ke luar dalam bentuk rumusan visinya
c. Visi turun ke wilayah hati dan membentuk suasana jiwa yang secara keseluruhan keluar dalam bentuk mentalitas
d. Mentalitas mengalir memasuki wilayah fisik dan melahirkan tindakan yang secara keseluruhan disebut sikap
e. Sikap yang dominan dalam diri seseorang secara kumulatif mencitrai dirinya adalah kepribadian
4. Tiga langkah merubah karakter
a. Terapi kognitif
Cara yang paling efektif untuk memperbaiki karakter dan mengembangkannya adalah dengan memperbaiki cara berfikir
Langkah :
Pengosongan, berarti mengosongkan benak kita dari berbagai bentuk pemikiran yang salah, menyimpang, tidak berdasar, baik dari segi agama maupun akal yang lurus
Pengisian, berarti mengisi kembali benak kita dengan nilai-nilai baru dari sumber keagamaan kita, yang membentuk kesadaran baru, logika baru, arah baru, dan lensa baru dalam cara memandang berbagai masalah
Kontrol, berarti kita harus mengontrol pikiran-pikiran baru yang melintas dalam benak kita, sebelum berkembang menjadi gagasan yang utuh
Doa, berarti bahwa kita mengharapkan unsur pencerahan Ilahi dalam cara berfikir kita
b. Terapi mental
Warna perasaan kita adalah cermin bagi tindakan kita. Tindakan yang harmonis akan mengukir lahir dari warna perasaan yang kuat dan harmonis
Langkah :
Pengarahan, berarti perasaan-perasaan kita harus diberi arah yang jelas, yaitu arah yang akan menentukan motifnya. Setiap perasaan haruslah mempunyai alasan lahir yang jelas. Itu hanya mungkin jika perasaan dikaitkan secara kuat dengan pikiran kita
Penguatan, berarti kita harus menemukan sejumlah sumber tertentu yang akan menguatkan perasaan itu dalam jiwa kita. Ini secara langsung terkait dengan unsur keyakinan, kemauan, dan tekad yang dalam yang memenuhi jiwa, sebelum kita melakukan suatu tindakan.
Kontrol, berarti kita harus memunculkan kekuatan tertentu dalam diri yang berfungsi mengendalikan semua warna perasaan diri kita
Doa, berarti kita mengharapkan adanya dorongan Ilahiyah yang berfungsi membantu semua proses pengarahan, penguatan, dan pengendalian bagi mental kita
c. Perbaikan fisik
Sebagaimana ahli kesehatan mengatakan bahwa dasar-dasar kesehatan itu tercipta melalui perpaduan yang baik antara tiga unsur :
1) Gizi makanan yang baik dan mencukupi kebutuhan
2) Olahraga yang teratur dalam kadar yang cukup
3) Istirahat yang cukup dan memenuhi kebutuhan relaksasi tubuh
Hadist riwayat Imam Ahmad :
Rasulullah berkata, “Inginkah kalian kuberitahu tentang siapa dari kalian yang paling kucintai dan akan duduk di majelis terdekat denganku di hari kiamat?” Kemudian Rasul mengulanginya sampai tiga kali, dan sahabat menjawab “Iya, ya rasulullah !” Lalu rasul bersabda, “Orang yang paling baik akhlaknya.”
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat kami simpulkan bahwa proses pembentukan kepribadian muslim adalah melalui beberapa tahap. Pertama adalah adanya nilai yang diserap oleh seseorang dari berbagai sumber, dari serapan nilai tersebut seseorang dapat membentuk pola pikir ke luar dalam bentuk rumusan visi, kemudian visi turun ke wilayah hati dan membentuk suasana jiwa yang secara keseluruhan keluar dalam bentuk mentalitas, selanjutnya mentalitas mengalir memasuki wilayah fisik dan melahirkan tindakan yang secara keseluruhan disebut sikap, dan yang terakhir sikap yang dominan dalam diri seseorang secara komulatif mencitrai dirinya adalah kepribadian.
Adapun langkah-langkah untuk merubah karakter adalah :
1. Memperbaiki cara berfikir, cara ini adalah paling efektif untuk merubah karakter.
2. Memberi arah yang jelas pada perasaan-perasaan untuk menguatkan keyakinan sebelum melakukan tindakan.
3. Perbaikan fisik
Sebagaimana ahli kesehatan mengatakan bahwa dasar-dasar kesehatan itu tercipta melalui perpaduan yang baik antara tiga unsur :
a. Gizi makanan yang baik dan mencukupi kebutuhan
b. Olahraga yang teratur dalam kadar yang cukup
c. Istirahat yang cukup dan memenuhi kebutuhan relaksasi tubuh
B. Saran
Berakhirnya makalah tentang Proses Pembentukan Kepribadian Muslim ini, kami berharap kepada para pembaca agar lebih banyak lagi membaca dibuku-buku lain. Karena kami merasa makalah ini kurang lengkap dan kurang sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Matta, M. Anis. 2003. Membentuk Karakter Cara Islam. Jakarta: Al-I’tishom Cahaya Umat.
Mujib, Abdul. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Membentuk Kepribadian Muslim. 2007. (http//www.kaderisasi.pks.or.id, diakses pada tanggal 29 Maret 2010).
ISLAM MASUK KE TANAH JAWA
ISLAM MASUK KE TANAH JAWA
Disusun untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah
Sejarah Peradaban Islam
MAKALAH
Dosen Pengampu
Anas Mahfudhi, M.Pd.I.
Oleh :
Mohammad Bahrul Ulum
Suwaibatul Islamiyah
Rohmatul Izzah
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Jurusan Tarbiyah
Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Drajat
Kranji Paciran Lamongan
2010
Kata Pengantar
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”Islam Masuk Ke Tanah Jawa” maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam. Semoga makalah ini bermanfaat untuk menjadi bahan pengetahuan.
Terima kasih penulis haturkan kepada Bapak Anas Mahfudhi, M.Pd.I. selaku dosen pengampu yang telah banyak memberikan bimbingan. Semoga segala amal kebaikan dibalas oleh Allah SWT.
Kranji, 18 Mei 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
A. Latar Belakang 1
B. Islam Masuk Ke Tanah Jawa 1
1. Masyarakat Jawa Sebelum Islam Datang 2
2. Peranan Wali Songo dan Metode Pendekatannya 3
3. Islam Di Jawa Paska Wali Songo 6
C. Penutup 6
1. Kesimpulan 6
2. Saran 7
Daftar Pustaka 8
ISLAM MASUK KE TANAH JAWA
A. Latar Belakang
Sebelum Islam masuk ke tanah Jawa, mayoritas masyasarakat jawa menganaut kepercayaan animisme dan dinamisme. Selain menganut kepercayaan tersebut masyarakat Jawa juga dipengaruhi oleh unsur-unsur budaya Hindu dan Budha dari India. Seiring dengan waktu berjalan tidak lama kemuadian Islam masuk ke Jawa melewati Gujarat dan Persi dan ada yang berpendapat langsung dibawa oleh orang Arab. Kedatangan Islam di Jawa dibuktikan dengan ditemukannya batu nisan kubur bernama Fatimah binti Maimun serta makam Maulana Malik Ibrahim. Saluran-saluran Islamisasi yang berkembang ada enam yaitu: perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, kesenian, dan politik. Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah Bagaimanakah proses Islam masuk ke tanah Jawa?, Bagaimana masyarakat Jawa sebelum Islam datang?, Bagaimana peran Wali Songo dan metode pendekatannya?, Dan bagaimana Islam di Jawa paska Wali Songo? Dengan tujuan untuk mengetahui keadaan masyarakat Jawa sebelum Islam datang, peran Wali Songo di tanah Jawa dan metode pendekatannya, serta keadaan Islam di Jawa paska Wali Songo.
B. Islam Masuk Ke Tanah Jawa
Di Jawa, Islam masuk melalui pesisir utara Pulau Jawa ditandai dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yang wafat pada tahun 475 Hijriah atau 1082 Masehi di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik. Dilihat dari namanya, diperkirakan Fatimah adalah keturunan Hibatullah, salah satu dinasti di Persia. Di samping itu, di Gresik juga ditemukan makam Maulana Malik Ibrahim dari Kasyan (satu tempat di Persia) yang meninggal pada tahun 822 H atau 1419 M. Agak ke pedalaman, di Mojokerto juga ditemukan ratusan kubur Islam kuno. Makam tertua berangka tahun 1374 M. Diperkirakan makam-makam ini ialah makam keluarga istana Majapahit.
1. Masyarakat Jawa Sebelum Islam Datang
a. Jawa Pra Hindu-Budha
Situasi kehidupan “religius” masyarakat di Tanah Jawa sebelum datangnya Islam sangatlah heterogen. Kepercayaan import maupun kepercayaan yang asli telah dianut oleh orang Jawa. Sebelum Hindu dan Budha, masyarakat Jawa prasejarah telah memeluk keyakinan yang bercorak animisme dan dinamisme. Pandangan hidup orang Jawa adalah mengarah pada pembentukan kesatuan numinous antara alam nyata, masyarakat, dan alam adikodrati yang dianggap keramat.
Di samping itu, mereka meyakini kekuatan magis keris, tombak, dan senjata lainnya. Benda-benda yang dianggap keramat dan memiliki kekuatan magis ini selanjutnya dipuja, dihormati, dan mendapat perlakuan istimewa.
b. Jawa Masa Hindu-Budha
Pengaruh Hindu-Budha dalam masyarakat Jawa bersifat ekspansif, sedangkan budaya Jawa yang menerima pengaruh dan menyerap unsur-unsur Hinduisme-Budhisme setelah melalui proses akulturasi tidak saja berpengaruh pada sistem budaya, tetapi juga berpengaruh terhadap sistem agama.
Sejak awal, budaya Jawa yang dihasilkan pada masa Hindu-Budha bersifat terbuka untuk menerima agama apapun dengan pemahaman bahwa semua agama itu baik, maka sangatlah wajar jika kebudayaan Jawa bersifat sinkretis (bersifat momot atau serba memuat).
Ciri lain dari budaya Jawa pada saat itu adalah sangat bersifat teokratis. Pengkultusan terhadap raja-raja sebagai titisan dewa adalah salah satu buktinya. Dalam hal ini Onghokham menyatakan:
Dalam kerajaan tradisional, agama dijadikan sebagai bentuk legitimasi. Pada jaman Hindu-Budha diperkenalkan konsep dewa-raja atau raja titising dewa. Ini berarti bahwa rakyat harus tunduk pada kedudukan raja untuk mencapai keselamatan dunia akhirat. Agama diintegrasikan ke dalam kepentingan kerajaan/kekuasaan. Kebudayaan berkisar pada raja, tahta dan keraton. Raja dan kehidupan keraton adalah puncak peradaban pada masa itu.
Di pulau Jawa terdapat tiga buah kerajaan masa Hindu Budha, kerajaan-kerajaan itu adalah Taruma, Ho-Ling, dan Kanjuruhan. Di dalam perekonomian dan industri salah satu aktivitas masyarakat adalah bertani dan berdagang dalam proses integrasi bangsa. Dari aspek lain karya seni dan satra juga telah berkembang pesat antara lain seni musik, seni tari, wayang, lawak, dan tari topeng. Semua itu sebagian besar terdokumentasikan pada pahatan-pahatan relief dan candi-candi.
2. Peranan Wali Songo dan Metode Pendekatannya
Era Wali Songo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Wali Songo adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa peranan Wali Songo sangat besar dalam mendirikan kerajaan Islam di Jawa.
Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam dilakukan oleh Walisongo (9 wali). Wali ialah orang yang sudah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada Allah. Para wali ini dekat dengan kalangan istana. Merekalah orang yang memberikan pengesahan atas sah tidaknya seseorang naik tahta. Mereka juga adalah penasihat sultan.
Karena dekat dengan kalangan istana, mereka kemudian diberi gelar sunan atau susuhunan (yang dijunjung tinggi). Kesembilan wali tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim). Inilah wali yang pertama datang ke Jawa pada abad ke-13 dan menyiarkan Islam di sekitar Gresik. Dimakamkan di Gresik, Jawa Timur.
b. Sunan Ampel (Raden Rahmat). Menyiarkan Islam di Ampel, Surabaya, Jawa Timur. Beliau merupakan perancang pembangunan Masjid Demak.
c. Sunan Drajad (Syarifudin). Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan agama di sekitar Surabaya. Seorang sunan yang sangat berjiwa sosial.
d. Sunan Bonang (Makdum Ibrahim). Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan Islam di Tuban, Lasem, dan Rembang. Sunan yang sangat bijaksana.
e. Sunan Kalijaga (Raden Mas Said/Jaka Said). Murid Sunan Bonang. Menyiarkan Islam di Jawa Tengah. Seorang pemimpin, pujangga, dan filosof. Menyiarkan agama dengan cara menyesuaikan dengan lingkungan setempat.
f. Sunan Giri (Raden Paku). Menyiarkan Islam di Jawa dan luar Jawa, yaitu Madura, Bawean, Nusa Tenggara, dan Maluku. Menyiarkan agama dengan metode bermain.
g. Sunan Kudus (Jafar Sodiq). Menyiarkan Islam di Kudus, Jawa Tengah. Seorang ahli seni bangunan. Hasilnya ialah Masjid dan Menara Kudus.
h. Sunan Muria (Raden Umar Said). Menyiarkan Islam di lereng Gunung Muria, terletak antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah. Sangat dekat dengan rakyat jelata.
i. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah). Menyiarkan Islam di Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Seorang pemimpin berjiwa besar.
Salah satu cara penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh para Wali tersebut ialah dengan cara mendakwah. Penyebaran Islam melalui dakwah ini berjalan dengan cara para ulama mendatangi masyarakat (sebagai objek dakwah), dengan menggunakan pendekatan sosial budaya. Pola ini memakai bentuk akulturasi, yaitu menggunakan jenis budaya setempat yang dialiri dengan ajaran Islam di dalamnya. Di samping itu, para ulama ini juga mendirikan pesantren-pesantren sebagai sarana pendidikan Islam.
3. Islam Di Jawa Paska Wali Songo
Setelah para Wali menyebarkan ajaran Islam di pulau Jawa, kepercayaan animisme dan dinamisme serta budaya Hindu-Budha sedikit demi sedikit berubah atau termasuki oleh nilai-nilai Islam. Hal ini membuat masyarakat kagum atas nilai-nilai Islam yang begitu besar manfa’atnya dalam kehidupan sehari-hari sehingga membuat mereka langsung bisa menerima ajaran Islam. Dari sini derajat orang-orang miskin mulai terangkat yang pada awalnya tertindas oleh para penguasa kerajaan. Islam sangat berkembang luas sampai ke pelosok desa setelah para Wali berhasil mendidik murid-muridnya. Salah satu generasi yang meneruskan perjuangan para Wali sampai Islam tersebar ke pelosok desa adalah Jaka Tingkir. Islam di Jawa yang paling menonjol setelah perjuangan para Wali songo adalah perpaduan adat Jawa dengan nilai-nilai Islam, salah satu diantaranya adalah tradisi Wayang Kulit.
C. Penutup
1. Kesimpulan
Dari pemaparan di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa masyarakat Jawa jauh sebelum datang agama yang berketuhanan seperti Hindu-Budha maupun Islam telah memiliki kepercayaan metafisik atau kekuatan di luar dirinya yang termanifestasikan dalam kepercayaan animisme-dinamisme. Setelah agama-agama tersebut datang, masyarakat Jawa terlibat dalam proses akulturasi bahkan sinkretisasi agama dan budaya, dengan dimensi dan muatan agama dan budaya Jawa sendiri.
Islam sebagai salah satu agama yang hadir di Jawa juga terlibat dalam pergumulan dengan budaya lokal Jawa, dan oleh karenanya tampilan Islam di Jawa mempunyai karekteristik yang berbeda dengan tampilan di daerah lain. Fenomena ini lahir tidak lepas dari proses islamisasi yang dilakukan oleh para wali dengan menggunakan pendekatan kompromistik-akomodatif yang memungkinkan terjadinya dialektika antara Islam dengan budaya lokal Jawa.
Adapun peranan Wali Songo yang paling menonjol pada masa itu adalah meningkatkan keintelektualan masyarakat. Di samping itu mereka juga telah berjaya mendirikan suatu kerajaan Islam di Indonesia.
2. Saran
Dari pembuatan makalah Islam Masuk Ke Tanah Jawa ini, kami berharap kepada para pembaca agar lebih banyak lagi membaca direfrensi-refrensi yang lain. Karena kami merasa makalah ini kurang lengkap dan kurang sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Murtadho, H. Sayid Husein dkk. 1999. Keteladanan Dan Perjuangan Wali Songo Dalam Menyiarkan Islam Di Tanah Jawa. Bandung: CV Pustaka Setia.
Masroer Ch. Jb. 2004. The History of Java Jogjakarta: Ar-Ruzz.
Onghokham. TT. Rakyat dan Negara. Jakarta: Yayasan Obor.
Salam, Solichin. 1960. Sekitar Walisanga. Kudus: Menara Kudus.
Wurjantono, Edhie. 1996. Sejarah Nasional dan Umum I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Yatim, Badri. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Disusun untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah
Sejarah Peradaban Islam
MAKALAH
Dosen Pengampu
Anas Mahfudhi, M.Pd.I.
Oleh :
Mohammad Bahrul Ulum
Suwaibatul Islamiyah
Rohmatul Izzah
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Jurusan Tarbiyah
Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Drajat
Kranji Paciran Lamongan
2010
Kata Pengantar
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”Islam Masuk Ke Tanah Jawa” maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam. Semoga makalah ini bermanfaat untuk menjadi bahan pengetahuan.
Terima kasih penulis haturkan kepada Bapak Anas Mahfudhi, M.Pd.I. selaku dosen pengampu yang telah banyak memberikan bimbingan. Semoga segala amal kebaikan dibalas oleh Allah SWT.
Kranji, 18 Mei 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
A. Latar Belakang 1
B. Islam Masuk Ke Tanah Jawa 1
1. Masyarakat Jawa Sebelum Islam Datang 2
2. Peranan Wali Songo dan Metode Pendekatannya 3
3. Islam Di Jawa Paska Wali Songo 6
C. Penutup 6
1. Kesimpulan 6
2. Saran 7
Daftar Pustaka 8
ISLAM MASUK KE TANAH JAWA
A. Latar Belakang
Sebelum Islam masuk ke tanah Jawa, mayoritas masyasarakat jawa menganaut kepercayaan animisme dan dinamisme. Selain menganut kepercayaan tersebut masyarakat Jawa juga dipengaruhi oleh unsur-unsur budaya Hindu dan Budha dari India. Seiring dengan waktu berjalan tidak lama kemuadian Islam masuk ke Jawa melewati Gujarat dan Persi dan ada yang berpendapat langsung dibawa oleh orang Arab. Kedatangan Islam di Jawa dibuktikan dengan ditemukannya batu nisan kubur bernama Fatimah binti Maimun serta makam Maulana Malik Ibrahim. Saluran-saluran Islamisasi yang berkembang ada enam yaitu: perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, kesenian, dan politik. Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah Bagaimanakah proses Islam masuk ke tanah Jawa?, Bagaimana masyarakat Jawa sebelum Islam datang?, Bagaimana peran Wali Songo dan metode pendekatannya?, Dan bagaimana Islam di Jawa paska Wali Songo? Dengan tujuan untuk mengetahui keadaan masyarakat Jawa sebelum Islam datang, peran Wali Songo di tanah Jawa dan metode pendekatannya, serta keadaan Islam di Jawa paska Wali Songo.
B. Islam Masuk Ke Tanah Jawa
Di Jawa, Islam masuk melalui pesisir utara Pulau Jawa ditandai dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yang wafat pada tahun 475 Hijriah atau 1082 Masehi di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik. Dilihat dari namanya, diperkirakan Fatimah adalah keturunan Hibatullah, salah satu dinasti di Persia. Di samping itu, di Gresik juga ditemukan makam Maulana Malik Ibrahim dari Kasyan (satu tempat di Persia) yang meninggal pada tahun 822 H atau 1419 M. Agak ke pedalaman, di Mojokerto juga ditemukan ratusan kubur Islam kuno. Makam tertua berangka tahun 1374 M. Diperkirakan makam-makam ini ialah makam keluarga istana Majapahit.
1. Masyarakat Jawa Sebelum Islam Datang
a. Jawa Pra Hindu-Budha
Situasi kehidupan “religius” masyarakat di Tanah Jawa sebelum datangnya Islam sangatlah heterogen. Kepercayaan import maupun kepercayaan yang asli telah dianut oleh orang Jawa. Sebelum Hindu dan Budha, masyarakat Jawa prasejarah telah memeluk keyakinan yang bercorak animisme dan dinamisme. Pandangan hidup orang Jawa adalah mengarah pada pembentukan kesatuan numinous antara alam nyata, masyarakat, dan alam adikodrati yang dianggap keramat.
Di samping itu, mereka meyakini kekuatan magis keris, tombak, dan senjata lainnya. Benda-benda yang dianggap keramat dan memiliki kekuatan magis ini selanjutnya dipuja, dihormati, dan mendapat perlakuan istimewa.
b. Jawa Masa Hindu-Budha
Pengaruh Hindu-Budha dalam masyarakat Jawa bersifat ekspansif, sedangkan budaya Jawa yang menerima pengaruh dan menyerap unsur-unsur Hinduisme-Budhisme setelah melalui proses akulturasi tidak saja berpengaruh pada sistem budaya, tetapi juga berpengaruh terhadap sistem agama.
Sejak awal, budaya Jawa yang dihasilkan pada masa Hindu-Budha bersifat terbuka untuk menerima agama apapun dengan pemahaman bahwa semua agama itu baik, maka sangatlah wajar jika kebudayaan Jawa bersifat sinkretis (bersifat momot atau serba memuat).
Ciri lain dari budaya Jawa pada saat itu adalah sangat bersifat teokratis. Pengkultusan terhadap raja-raja sebagai titisan dewa adalah salah satu buktinya. Dalam hal ini Onghokham menyatakan:
Dalam kerajaan tradisional, agama dijadikan sebagai bentuk legitimasi. Pada jaman Hindu-Budha diperkenalkan konsep dewa-raja atau raja titising dewa. Ini berarti bahwa rakyat harus tunduk pada kedudukan raja untuk mencapai keselamatan dunia akhirat. Agama diintegrasikan ke dalam kepentingan kerajaan/kekuasaan. Kebudayaan berkisar pada raja, tahta dan keraton. Raja dan kehidupan keraton adalah puncak peradaban pada masa itu.
Di pulau Jawa terdapat tiga buah kerajaan masa Hindu Budha, kerajaan-kerajaan itu adalah Taruma, Ho-Ling, dan Kanjuruhan. Di dalam perekonomian dan industri salah satu aktivitas masyarakat adalah bertani dan berdagang dalam proses integrasi bangsa. Dari aspek lain karya seni dan satra juga telah berkembang pesat antara lain seni musik, seni tari, wayang, lawak, dan tari topeng. Semua itu sebagian besar terdokumentasikan pada pahatan-pahatan relief dan candi-candi.
2. Peranan Wali Songo dan Metode Pendekatannya
Era Wali Songo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Wali Songo adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa peranan Wali Songo sangat besar dalam mendirikan kerajaan Islam di Jawa.
Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam dilakukan oleh Walisongo (9 wali). Wali ialah orang yang sudah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada Allah. Para wali ini dekat dengan kalangan istana. Merekalah orang yang memberikan pengesahan atas sah tidaknya seseorang naik tahta. Mereka juga adalah penasihat sultan.
Karena dekat dengan kalangan istana, mereka kemudian diberi gelar sunan atau susuhunan (yang dijunjung tinggi). Kesembilan wali tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim). Inilah wali yang pertama datang ke Jawa pada abad ke-13 dan menyiarkan Islam di sekitar Gresik. Dimakamkan di Gresik, Jawa Timur.
b. Sunan Ampel (Raden Rahmat). Menyiarkan Islam di Ampel, Surabaya, Jawa Timur. Beliau merupakan perancang pembangunan Masjid Demak.
c. Sunan Drajad (Syarifudin). Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan agama di sekitar Surabaya. Seorang sunan yang sangat berjiwa sosial.
d. Sunan Bonang (Makdum Ibrahim). Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan Islam di Tuban, Lasem, dan Rembang. Sunan yang sangat bijaksana.
e. Sunan Kalijaga (Raden Mas Said/Jaka Said). Murid Sunan Bonang. Menyiarkan Islam di Jawa Tengah. Seorang pemimpin, pujangga, dan filosof. Menyiarkan agama dengan cara menyesuaikan dengan lingkungan setempat.
f. Sunan Giri (Raden Paku). Menyiarkan Islam di Jawa dan luar Jawa, yaitu Madura, Bawean, Nusa Tenggara, dan Maluku. Menyiarkan agama dengan metode bermain.
g. Sunan Kudus (Jafar Sodiq). Menyiarkan Islam di Kudus, Jawa Tengah. Seorang ahli seni bangunan. Hasilnya ialah Masjid dan Menara Kudus.
h. Sunan Muria (Raden Umar Said). Menyiarkan Islam di lereng Gunung Muria, terletak antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah. Sangat dekat dengan rakyat jelata.
i. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah). Menyiarkan Islam di Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Seorang pemimpin berjiwa besar.
Salah satu cara penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh para Wali tersebut ialah dengan cara mendakwah. Penyebaran Islam melalui dakwah ini berjalan dengan cara para ulama mendatangi masyarakat (sebagai objek dakwah), dengan menggunakan pendekatan sosial budaya. Pola ini memakai bentuk akulturasi, yaitu menggunakan jenis budaya setempat yang dialiri dengan ajaran Islam di dalamnya. Di samping itu, para ulama ini juga mendirikan pesantren-pesantren sebagai sarana pendidikan Islam.
3. Islam Di Jawa Paska Wali Songo
Setelah para Wali menyebarkan ajaran Islam di pulau Jawa, kepercayaan animisme dan dinamisme serta budaya Hindu-Budha sedikit demi sedikit berubah atau termasuki oleh nilai-nilai Islam. Hal ini membuat masyarakat kagum atas nilai-nilai Islam yang begitu besar manfa’atnya dalam kehidupan sehari-hari sehingga membuat mereka langsung bisa menerima ajaran Islam. Dari sini derajat orang-orang miskin mulai terangkat yang pada awalnya tertindas oleh para penguasa kerajaan. Islam sangat berkembang luas sampai ke pelosok desa setelah para Wali berhasil mendidik murid-muridnya. Salah satu generasi yang meneruskan perjuangan para Wali sampai Islam tersebar ke pelosok desa adalah Jaka Tingkir. Islam di Jawa yang paling menonjol setelah perjuangan para Wali songo adalah perpaduan adat Jawa dengan nilai-nilai Islam, salah satu diantaranya adalah tradisi Wayang Kulit.
C. Penutup
1. Kesimpulan
Dari pemaparan di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa masyarakat Jawa jauh sebelum datang agama yang berketuhanan seperti Hindu-Budha maupun Islam telah memiliki kepercayaan metafisik atau kekuatan di luar dirinya yang termanifestasikan dalam kepercayaan animisme-dinamisme. Setelah agama-agama tersebut datang, masyarakat Jawa terlibat dalam proses akulturasi bahkan sinkretisasi agama dan budaya, dengan dimensi dan muatan agama dan budaya Jawa sendiri.
Islam sebagai salah satu agama yang hadir di Jawa juga terlibat dalam pergumulan dengan budaya lokal Jawa, dan oleh karenanya tampilan Islam di Jawa mempunyai karekteristik yang berbeda dengan tampilan di daerah lain. Fenomena ini lahir tidak lepas dari proses islamisasi yang dilakukan oleh para wali dengan menggunakan pendekatan kompromistik-akomodatif yang memungkinkan terjadinya dialektika antara Islam dengan budaya lokal Jawa.
Adapun peranan Wali Songo yang paling menonjol pada masa itu adalah meningkatkan keintelektualan masyarakat. Di samping itu mereka juga telah berjaya mendirikan suatu kerajaan Islam di Indonesia.
2. Saran
Dari pembuatan makalah Islam Masuk Ke Tanah Jawa ini, kami berharap kepada para pembaca agar lebih banyak lagi membaca direfrensi-refrensi yang lain. Karena kami merasa makalah ini kurang lengkap dan kurang sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Murtadho, H. Sayid Husein dkk. 1999. Keteladanan Dan Perjuangan Wali Songo Dalam Menyiarkan Islam Di Tanah Jawa. Bandung: CV Pustaka Setia.
Masroer Ch. Jb. 2004. The History of Java Jogjakarta: Ar-Ruzz.
Onghokham. TT. Rakyat dan Negara. Jakarta: Yayasan Obor.
Salam, Solichin. 1960. Sekitar Walisanga. Kudus: Menara Kudus.
Wurjantono, Edhie. 1996. Sejarah Nasional dan Umum I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Yatim, Badri. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Langganan:
Postingan (Atom)